karena aku setia

perjalanan panjang mempertahankan cinta

A Hope

Published by Karena Aku Setia under on 2/12/2009
Aku masih disini termenung. Di duniaku yang aku rasa semakin sepi. Sebenarnya aku hanya rindu. Rindu akan cerianya, guyonan-nya yang renyah, sapaan mesranya, kasih sayang dan perhatiannya. Aku rindu semua yang ada padanya. Aku tidak mau melankolis seperti ini, tapi dada ini selalu sesak tiap kali aku merindukan itu semua. Hanya disini aku bisa bercerita. Menumpahkan semua ganjalan yang membenamkan hati dan otakku dalam pelukannya. Keterpurukan itu melambaikan tangannya padaku. Menyapaku, mengajakku untuk menemaninya. Ku tolak dia dengan halus,tapi tangannya menggenggam kuat tanganku. Ditatapnya mataku dengan tajam, seluruh sendi di tubuhku bergetar. Aku luluh. Kini aku bersamanya, terpuruk.

Dia, seorang wanita yang cantik. Tubuhnya tidak terlalu tinggi,tapi juga tidak pendek. Matanya, selalu melambangkan pribadinya yang kuat. hidungnya yang mungil, serasi dengan bibirnya yang begitu manis saat sebuah senyum terbentuk disana. Ada bekas luka diujung kiri bibirnya, tapi itu sama sekali tak mengurangi keindahan yang tertuang dalam wujudnya. Dia pendiam bila bertemu orang yang belum di kenalnya tapi dia adalah pribadi yang menyenangkan.Penampilannya selalu saja menawan. Menarik hati siapapun yang memandangnya. Semua itu terasa semakin sempurna kala selembar kain suci bernama kerudung menutupi rambutnya. Ya, itulah dia dengan segala kelebihannya. Kelebihan yang tanpa dia sadari, membuatku takut kehilangannya. Membuatku selalu merasa, tiap mata yang memandangnya, memendam keinginan untuk merebutnya dariku. Dan inilah aku, yang dengan segala cara berusaha menjaganya, mempertahankannya, melindunginya dengan meluangkan semua waktuku untuknya.

Dia alasan keberadaanku disini. Di benua yang sosoknya semakin aku benci. Benua yang hanya di singgahi hujan beberapa kali dalam setahun. Dan tahun ini, tak sekalipun hujan itu kutemui. Yang ada hanyalah pasir gurun yang coba menjelma menjadi hujan dengan butirannya yang kasar. Ditemani angin kencang yang seakan berteriak sombong tanah ini adalah daerah kekuasaanya. Di sinilah aku berniat mengumpulkan semua bekalku. Bekal yang kelak aku harapkan dapat ku jadikan bukti cintaku padanya. Tapi hari hariku kini terasa semakin berat. Berat bukan karena tanpa dirinya. Tapi berat karena kurasakan ada sesuatu yang saat ini sedang bersembunyi. Ya, dia tidak hilang, dia hanya bersembunyi. Bersembunyi di balik jarak yang di pisahkan samudera dan benua.

Wanita itu, kadang aku membuatnya menangis. Kadang aku menyakitinya. Aku akui aku salah. Dada ini terlalu tipis sehingga tak mampu menahan apa saja yang terasa mengganjalnya. Tapi mengertikah ia semua itu aku lakukan karena aku begitu menyayanginya? Sadarkah ia kalau aku begitu takut kehilangan dirinya? Aku selalu berusaha mencari cara yang tepat untuk mengekspresikan rasa itu, tapi kebodohan selalu membuatku lalai. Dan yang terjadi adalah kesalahan. Aku tak mau berandai andai waktu akan terulang, karena itu tak mungkin. Yang aku mau saat ini adalah memperbaiki semuanya. Dan aku mau dia membantuku. Membantuku dengan menghadirkan lagi cerianya yang membuatku teduh walau di luar angin sedang ganas. Membagikan lagi guyonan-nya yang mampu hangatkan suasana saat dingin yang menyapa. Sapaan mesranya yang terasa bagai belaian lembut walau dia tak disini. Kasih sayang dan perhatiannya serupa lentera yang menyinari setiap lorong dalam hatiku. Aku rindu. Maafkan aku.

Aku berharap, dia mau membentangkan lengannya, melemparkan senyum termanis yang dia punya, dan menerimaku kembali dalam pelukannya. Kemudian dia ambil sebuah kotak dari dalam hatinya, dia letakkan didalamnya sebuah bingkisan permintaan maaf dariku, dan kotak itu di kembalikan pada tempatnya semula. Di dalam hatinya. Dan kita berdua saling beradu pandang, mata kita menyatu, membentuk kembali janji janji kita, cita cita, harapan dan mengubur dalam dalam semua ego dan benci di sebuah titik yang tak terjamah. Saat itu, semesta seakan melemparkan salam paling sopan kepada dua makhluk ini.

Dan yang ada hanya cinta!!


* Jarak antara kerinduan dan keterpurukan sangat tipis, dan tembok pembatas di antara keduanya adalah cinta..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Perkenalkan

Foto saya
Nasr City, Cairo, Egypt
Seorang anak manusia yang berusaha melawan jarak untuk mempertahankan cintanya. Cinta pertama dan dengan penuh pengharapan yang akan menyempurnakan kisah hidupnya.