karena aku setia

perjalanan panjang mempertahankan cinta

Puisi Nasehat

Published by Karena Aku Setia under on 3/12/2009
Puisi Nasehat

Ragu,
Ego,
Dusta,
Menyakiti,
Mengkhianati,
Buang jauh-jauh..

Yakin,
Sayang,
Cinta,
Mengerti,
Memahami,
Tanamkan dalam hati..

Suka,
Senyum,
Ceria,
Bahagia,
Sejahtera,
Adalah hasil dari mengamalkan nasehat di atas...

(Gami' 120309-10.46pm) Baca Selengkapnya...

Debu Tertinggal

Published by Karena Aku Setia under on 3/12/2009
Waktu memang selalu berjalan, tidak pernah berhenti. Setia mengiringi keanekaragaman fenomena kehidupan. Panas-hujan, kebaikan-kejahatan, hitam-putih, tawa-tangis, kejujuran-kebohongan adalah hal hal yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan kita sebagai makhluk ber-hati. Kadang kawan kadang lawan. Kadang pelaku dan kadang jadi korban. Aku setuju dengan perumpamaan kehidupan yang berputar seperti roda. Kita sebagai penghuni, adalah debu debu yang menempel pada roda tersebut. Kadang dia menuntun kita keatas, dan terkadang menggiring kita kebawah.

Aku sepenuhnya sadar bahwa tidak ada di dunia ini yang kekal. Semuanya fana. Walau fana tak berarti semu. Berputarnya roda kehidupan adalah proses yang lazim kita lalui. Terkadang memang kita harus ditampar dengan cobaan untuk dapat menghargai nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita. Kita diuji dengan sakit agar tau betapa berharganya nikmat sehat. Kita diuji dengan kemiskinan, agar tak kufur di saat kaya. Dan yang aku tahu serta yakini, ujian adalah bentuk kasih sayang Sang Pencipta kepada kita. Agar tak lagi lalai.

Yang tidak bisa aku mengerti saat ini adalah, mengapa cobaan yang menyapaku tak kunjung beranjak pergi. Kapan roda itu kembali menuntunku ke atas. Aku merasa seperti seorang pengembara tanpa peta dan kompas. Aku kehilangan tujuan, semangat, dan pegangan. Aku sendiri. Tak ada kawan berbagi. Dan tak ada yang membagi. Aku selalu merasa sepi di tengah keramaian. Apakah aku tidak berarti. Apakah mereka hanya datang padaku di saat butuh. Kemana mereka saat ku butuh.

Saat ini aku berada di titik terendah dalam perjalanan hidupku. Apakah aku masih termasuk debu yang menempel dan mengikuti berputarnya roda kehidupan? Atau malah kini aku adalah debu yang telah jatuh, tak lagi menempel. Hingga di saat roda itu berputar, aku tertinggal. Atau mungkinkah akan datang seseorang yang mau memungutku, dan menempelkanku kembali pada roda itu. Agar aku dapat kembali berproses, menikmati lagi berputarnya roda kehidupan.

Aku berharap opsi yang terakhir. Aku tahu orang itu ada. Hanya saja mungkin saat ini ada yang menghalanginya. Apapun itu, aku akan dengan sabar menunggu kedatangannya. Kapanpun itu. Karena bagiku, cuma dia yang bisa mengembalikan hidupku!

*Kalahkan ego dengan cinta,
Ego hanya sementara, sedangkan cinta selamanya...
Baca Selengkapnya...

Berpijak Pada Hari Yang Baru

Published by Karena Aku Setia under on 2/15/2009
Hari ini aku berpijak pada sebuah hari yang baru. Hari yang berbeda. Ya, karna aku ingin berubah. Berubah menjadi lebih baik. Tidak lagi mengulangi kesalahan yang selalu memojokanku. Membuatku menjadi makhluk yang paling bersalah. Aku ingin bisa mengontrol diriku, menutup tiap tiap titik hitam yang kapan saja bisa menjelma menjadi lubang dan menyemburkan lumpur emosi. Saat ini aku dituntut untuk menjadi seorang yang tak punya salah. Sekali saja aku lalai, akan ada konsekuensi pahit yang siap melahapku. Aku tahu ini pasti berat, tapi aku tak pernah menyerah. Akan ku buktikan pada dunia, aku bisa jadi lebih baik, walaupun sempurna tetaplah tidak mungkin.

Hari ini, bulan telah berterus terang. Aku tak tahu harus senang, atau harus sedih. Dia dengan cermat dan amat teliti membuka tiap lembar catatan kesalahanku di masa lalu. Aku hanya bisa bengong, tak mampu berkata kata. Bayangan bayangan kesalahan itu lalu lalang di depan mataku bagai sebuah premiere film di bioskop. Sang sutradara dengan rapi mengatur alur ceritanya. Sesekali memancing perasaan paling sensitif dari penonton. Tak seperti film film kebanyakan, durasi film ini cukup panjang, 4 jam lebih. Aku agak kesulitan menarik kesimpulan dari cerita panjang masa lalu yang kelam ini, apakah ia sebuah ancaman, tuntutan, atau kesempatan terakhir, tapi menurutku ia adalah kemurahan.

Aku ingin selalu mengalah pada bulan. Tak mau membuatnya redup. Tapi maukah ia bersinar lagi, hanya untuk ku. Bulan, aku tahu banyak kesalahan yang sudah aku lakukan. Tapi bukankah kita memang di ciptakan tak sempurna? bukankah semuanya pernah melakukan kesalahan? Termasuk kamu bulan. Aku tidak pernah mau lagi mengingat kesalahan kesalahan itu bulan. Toh bagiku itu semua masa lalu. Menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Bukankah memaafkan lebih mulia? Bulan, aku tidak marah saat kau meningatkanku pada masa laluku yang penuh kesalahan. Aku akan terima itu sebagai sebuah nasehat, sebuah harapan.

Bulan, maukah kau berjalan bersama ku, beriringan? Menatap hari esok yang aku janjikan untukmu akan lebih baik. Menyambut dunia yang ramah. Jangan tinggal kan aku sendiri bulan. Saat ini aku sangat membutuhkanmu. Dan selamanya aku akan selalu membutuhkanmu. Aku ingin menunggu pagi bersamamu. Kemudian mempersilahkan tamu tamu kedamaian masuk ke kediaman kita. Hingga yang ada di tiap hembusan napas hanya bahagia.

Bulan, aku cinta padamu. Kemarin, saat ini dan selamanya!!

* Saat kata kata sudah tercemar emosi, diam mungkin adalah solusi..
Baca Selengkapnya...

Saat Bulan Bersikap Dingin

Published by Karena Aku Setia under on 2/15/2009
Aku tak tahu apa yang aku rasakan saat ini.Sebuah perasaan yang tak bisa di tafsirkan.Cinta yang begitu mendalam, sayang yang tak terbilang, sebuah rasa ingin melindungi, tapi ada sesak di dada. Sesak tiap kali bulan bersikap dingin. Sesak tiap kali menangkap perubahan pada sikap bulan.Tapi bulan selalu diam. Tak mau berterus terang.

Bulan, aku tahu aku tidak sempurna. Selalu saja aku melakukan kesalahan. Tapi mengapa sebuah kesalahan yang tidak aku sadari pun membuatmu menghukumku lagi untuk kesekian kalinya? tidakkah kau mengerti kalau aku pun selalu berusaha? berusaha mengerti apa yang kau mau. Harus berapa kali aku katakan? aku tidak pernah kuat tiap kali kau bersikap dingin padaku. Selalu sesak dada ini menahan sedih. Hingga untuk bernapaspun rasanya aku tak kuat.

Bulan, aku yakin di dasar hati mu kau pun mencintaiku. Sama seperti aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku yakin itu bulan.

Aku tak bisa berkata kata lagi. Mata ini telah basah. Dada ini begitu sesak. Hati ini tak henti hentinya memanggil namamu. Aku tak pernah mau menyakitimu bulan. Sama sekali tak pernah! Tapi mengapa kau tak mau sekali saja merasakan sakitku? Sakit yang kau ukir karna sikapmu. Aku kenal kau bulan. Kau tak sejahat itu.

Bulan,bukankah kau pun tahu, aku juga tak pernah mau jauh dari mu. Aku pun menderita meninggalkanmu. Tapi knapa kau membuat semuanya bertambah berat? Aku menangis bulan, aku menangis.

Aku sudah lelah bulan dengan semua hukumanmu selama ini. Biarkan aku menghukum diriku sendiri. Sampai kau tak lagi menghindar dari cinta mu. Sampai kau..mau katakan cinta lagi pada ku!!

* Aku rindu kau CINTA, walau sebatas kata...
Baca Selengkapnya...

A Hope

Published by Karena Aku Setia under on 2/12/2009
Aku masih disini termenung. Di duniaku yang aku rasa semakin sepi. Sebenarnya aku hanya rindu. Rindu akan cerianya, guyonan-nya yang renyah, sapaan mesranya, kasih sayang dan perhatiannya. Aku rindu semua yang ada padanya. Aku tidak mau melankolis seperti ini, tapi dada ini selalu sesak tiap kali aku merindukan itu semua. Hanya disini aku bisa bercerita. Menumpahkan semua ganjalan yang membenamkan hati dan otakku dalam pelukannya. Keterpurukan itu melambaikan tangannya padaku. Menyapaku, mengajakku untuk menemaninya. Ku tolak dia dengan halus,tapi tangannya menggenggam kuat tanganku. Ditatapnya mataku dengan tajam, seluruh sendi di tubuhku bergetar. Aku luluh. Kini aku bersamanya, terpuruk.

Dia, seorang wanita yang cantik. Tubuhnya tidak terlalu tinggi,tapi juga tidak pendek. Matanya, selalu melambangkan pribadinya yang kuat. hidungnya yang mungil, serasi dengan bibirnya yang begitu manis saat sebuah senyum terbentuk disana. Ada bekas luka diujung kiri bibirnya, tapi itu sama sekali tak mengurangi keindahan yang tertuang dalam wujudnya. Dia pendiam bila bertemu orang yang belum di kenalnya tapi dia adalah pribadi yang menyenangkan.Penampilannya selalu saja menawan. Menarik hati siapapun yang memandangnya. Semua itu terasa semakin sempurna kala selembar kain suci bernama kerudung menutupi rambutnya. Ya, itulah dia dengan segala kelebihannya. Kelebihan yang tanpa dia sadari, membuatku takut kehilangannya. Membuatku selalu merasa, tiap mata yang memandangnya, memendam keinginan untuk merebutnya dariku. Dan inilah aku, yang dengan segala cara berusaha menjaganya, mempertahankannya, melindunginya dengan meluangkan semua waktuku untuknya.

Dia alasan keberadaanku disini. Di benua yang sosoknya semakin aku benci. Benua yang hanya di singgahi hujan beberapa kali dalam setahun. Dan tahun ini, tak sekalipun hujan itu kutemui. Yang ada hanyalah pasir gurun yang coba menjelma menjadi hujan dengan butirannya yang kasar. Ditemani angin kencang yang seakan berteriak sombong tanah ini adalah daerah kekuasaanya. Di sinilah aku berniat mengumpulkan semua bekalku. Bekal yang kelak aku harapkan dapat ku jadikan bukti cintaku padanya. Tapi hari hariku kini terasa semakin berat. Berat bukan karena tanpa dirinya. Tapi berat karena kurasakan ada sesuatu yang saat ini sedang bersembunyi. Ya, dia tidak hilang, dia hanya bersembunyi. Bersembunyi di balik jarak yang di pisahkan samudera dan benua.

Wanita itu, kadang aku membuatnya menangis. Kadang aku menyakitinya. Aku akui aku salah. Dada ini terlalu tipis sehingga tak mampu menahan apa saja yang terasa mengganjalnya. Tapi mengertikah ia semua itu aku lakukan karena aku begitu menyayanginya? Sadarkah ia kalau aku begitu takut kehilangan dirinya? Aku selalu berusaha mencari cara yang tepat untuk mengekspresikan rasa itu, tapi kebodohan selalu membuatku lalai. Dan yang terjadi adalah kesalahan. Aku tak mau berandai andai waktu akan terulang, karena itu tak mungkin. Yang aku mau saat ini adalah memperbaiki semuanya. Dan aku mau dia membantuku. Membantuku dengan menghadirkan lagi cerianya yang membuatku teduh walau di luar angin sedang ganas. Membagikan lagi guyonan-nya yang mampu hangatkan suasana saat dingin yang menyapa. Sapaan mesranya yang terasa bagai belaian lembut walau dia tak disini. Kasih sayang dan perhatiannya serupa lentera yang menyinari setiap lorong dalam hatiku. Aku rindu. Maafkan aku.

Aku berharap, dia mau membentangkan lengannya, melemparkan senyum termanis yang dia punya, dan menerimaku kembali dalam pelukannya. Kemudian dia ambil sebuah kotak dari dalam hatinya, dia letakkan didalamnya sebuah bingkisan permintaan maaf dariku, dan kotak itu di kembalikan pada tempatnya semula. Di dalam hatinya. Dan kita berdua saling beradu pandang, mata kita menyatu, membentuk kembali janji janji kita, cita cita, harapan dan mengubur dalam dalam semua ego dan benci di sebuah titik yang tak terjamah. Saat itu, semesta seakan melemparkan salam paling sopan kepada dua makhluk ini.

Dan yang ada hanya cinta!!


* Jarak antara kerinduan dan keterpurukan sangat tipis, dan tembok pembatas di antara keduanya adalah cinta..
Baca Selengkapnya...
 

Blog Archive

Perkenalkan

Foto saya
Nasr City, Cairo, Egypt
Seorang anak manusia yang berusaha melawan jarak untuk mempertahankan cintanya. Cinta pertama dan dengan penuh pengharapan yang akan menyempurnakan kisah hidupnya.